Bismillah.
Hadits adalah ucapan, perbuatan, atau psersetujuan Nabi shallallahu alaihi wa sallam; baik yang berkaitan dengan akhlak/perilaku maupun yang terkait fisik/bentuk penciptaan.
Hadits memiliki peran yang sangat besar untuk bisa memahami ajaran Islam. Para ulama menyebutkan bahwa ada 3 fungsi hadits dalam kaitannya dengan al-Qur'an. Pertama sebagai penegas apa-apa yang sudah diterangkan dalam al-Qur'an. Kedua sebagai pentafsir apa-apa yang disebutkan secara global di dalam al-Qur'an. Ketiga memberi tambahan hukum yang tidak disebutkan di dalam al-Qur'an.
Hadits ini telah dipelajari sejak masa Nabi shallallahu alaihi wa sallam hidup. Diantara para sahabat yang paling semangat mempelajari dan meriwayatkan hadits adalah Abu Hurairah radhiyallahu'anhu. Diantara para sahabat yang lain, beliau adalah yang paling banyak riwayatnya.
Selain itu ada juga sahabat yang sering mencatat hadits-hadits seperti Abdullah bin Amr radhiyallahu'anhu. Hal ini menunjukkan bahwa hadits-hadits it dipelihara oleh para sahabat dengan bentuk hafalan maupun tulisan. Tidak sebagaimana tuduhan kaum orientalis yang mengatakan bahwa penyusunan/pencatatan hadits baru dilakukan pada abad ke-3 H.
Diantara para ulama hadits yang terkenal dan karyanya menjadi rujukan para ulama ialah Imam Bukhari dan Imam Muslim, semoga Allah merahmati mereka. Sahih Bukhari merupakan kitab paling sahih setelah al-Qur'an. Sebelumnya juga telah ada para ulama hadits besar semacam Sufyan ats-Tsauri, Abdullah bin al-Mubarok, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Hanbal, dsb.
Diantara para ulama hadits di abad ke 7 H adalah Imam Nawawi rahimahullah dengan kitab-kitabnya yang digunakan oleh kaum muslimin di berbagai penjuru. Seperti kitab Riyadhus Shalihin, Arbain Nawawiyah, dsb. Dalam bidang syarah hadits karya beliau Syarh Sohih Muslim yang berjudul al-Minhaj fi Syarh Shohih Muslim ibn al-Hajjaj merupakan kitab rujukan yang sangat bermanfaat.
Setelah Imam Nawawi ada juga al-Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah dengan kitabnya yang mengupas syarah/keterangan hadits-hadits Sohih Bukhori. Kitab itu berjudul Fathul Bari bi Syarh Sohih Bukhori. Kitab yang juga sangat bermanfaat.
Para ulama kita pun menasihatkan agar para penimba ilmu mempelajari hadits-hadits selain belajar tentang tafsir dan fikih. Ibnu Hajar menyebut bahwa ketiga ilmu ini -tafsir, hadits, dan fikih- merupakan poros ilmu agama Islam. Hal ini juga ditegaskan oleh seorang ulama hadits masa kini Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah dalam Kutub wa Rasa'il yang disusun oleh beliau.
Kemudian, perlu juga kita pahami bahwa yang tercakup dalam istilah 'fikih' di sini adalah pemahaman terhadap agama yang menyangkut aqidah maupun ibadah dan muamalah. Sehingga bukan fikih dalam hal hukum atau tata cara ibadah saja.
Sebagaimana telah disinggung di dalam hadits, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah akan jadikan dia fakih/paham dalam hal agama." (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud fakih di sini bukan semata-mata paham fikih/hukum-hukum amaliah.
Bahkan, tercakup pula di dalamnya adalah paham tentang dasar dan pokok-pokok agama. Dan ilmu tentang tauhid dan aqidah merupakan pemahaman yang fundamental di dalam Islam. Sebab tidak tegak Islam tanpa tauhid dan keimanan. Tercakup pula di dalamnya ilmu tentang kandungan nama dan sifat Allah. Yang kini dikenal dengan istilah Fiqih Asma'ul Husna; atau yang lebih mendasar lagi tauhid asma' wa shifat.
Dari sini lah kita mengerti bahwa untuk memahami ayat maupun hadits kita perlu mengembalikan kepada para ulama ahli tafsir dan pakar hadits. Kita juga bisa memahami bahwa pada hakikatnya belajar hadits adalah bagian dari memahami tafsir dan fikih dalam makna yang luas.
Karena itulah tidak mengherankan apabila para ulama mengidentikkan golongan yang selamat adalah Ash-habul Hadits atau Ahlul Atsar. Seperti yang diungkapkan oleh Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, "Para malaikat adalah penjaga-penjaga langit. Adapun Ahlul hadits adalah para penjaga bumi."
Dengan belajar hadits secara runtut kita akan mengenal Islam, iman, dan Ihsan. Kita akan memahami wajibnya mengimani takdir. Kita akan memahami adab-adab Islam. Kita akan mengenali pentingnya dan wajibnya mengikuti manhaj/cara beragama para sahabat radhiyallahu'anhu 'anhum.
Komentar
Posting Komentar