Bismillah.
Saudaraku yang dirahmati Allah, ibadah kepada Allah tegak di atas ketundukan dan pengagungan kepada-Nya. Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa ibadah merupakan perpaduan antara puncak perendahan diri dengan puncak kecintaan.
Para ulama pun menegaskan bahwa ibadah berporos pada 3 amalan hati; cinta, takut, dan harapan. Diantara ketiga perkara ini maka cinta menempati peran utama dalam menggerakkan amal salih dan ketaatan.
Seperti diungkapkan bahwa orang yang tulus mencintai niscaya patuh kepada siapa yang dia cintai. Begitu pula kecintaan kepada Allah dibuktikan dengan kepatuhan kepada ajaran Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam. Sebagian ulama terdahulu mengatakan, "Risalah/wahyu datang dari Allah, kewajiban rasul menyampaikan, dan kewajiban kita adalah pasrah/tunduk."
Karena itulah para ulama menafsirkan ibadah dengan ketaatan selain mereka juga menafsirkannya dengan tauhid. Ibadah tidak menjadi benar tanpa tauhid, sebagaimana sholat tidak sah tanpa thaharah. Ibadah juga tidak terwujud tanpa ketaatan. Karena hakikat ibadah mencakup pelaksanaan perintah dan menjauhi larangan.
Perintah terbesar adalah tauhid -yang ini menjadi pondasi dan syarat untuk diterimanya seluruh amalan- dan larangan terbesar adalah syirik. Allah berfirman (yang artinya), "Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya itu dengan sesuatu apapun." (al-Kahfi : 110)
Wallahul muwaffiq.
Komentar
Posting Komentar