Langsung ke konten utama

Pintu Penghambaan

 Bismillah.

Sehebat apa pun anda dalam berjuang maka anda tetap manusia. Menimpa padanya kesalahan dan dosa. Karena itu seorang muslim selalu dibimbing untuk menundukkan dirinya di hadapan Allah. 

Beristighfar dan bertaubat kepada Allah di sepanjang waktu. Sebagaimana Allah terus membentangkan tangan-Nya untuk menerima taubat hamba, di waktu siang maupun malam.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam sehari beristighfar dan bertaubat kepada Allah seratus kali. Padahal beliau manusia terbaik dan paling bertakwa. Oleh sebab itu tauhid tidak bisa dipisahkan dari istighfar. Sebagaimana istighfar menjadi sarana untuk meraih istiqomah.

Semakin tinggi kedudukan seorang hamba dalam mentauhidkan Allah maka dia semakin menyadari terlalu banyak kekurangan dan cacat dalam amal dan ketaatan yang dia persembahkan. Sebesar apa pun amal yang dilakukan tidak akan bisa membayar curahan nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Seperti yang terukir dalam sayyidul istighfar. "Aku mengakui kepada-Mu Ya Allah atas segala nikmat-Mu kepadaku, dan aku pun mengakui akan segala dosaku, maka ampunilah diriku..."

Penghambaan kepada Allah dibangun di atas kecintaan dan perendahan diri. Kecintaan lahir dari kesadaran akan curahan nikmat dari Allah yang tidak terhingga. Sedangkan perendahan diri akan tumbuh dari kesadaran akan banyaknya aib pada diri dan amalan kita.

Menyadari curahan nikmat itu disebut dengan istilah musyahadatul minnah. Adapun menyadari aib disebut mutholaatu aibin nafsi wal amal. Sebagaimana  telah diterangkan oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya al-Wabil ash-Shayyib.

Wallahul muwaffiq.


Komentar