Langsung ke konten utama

Ikhlas

 Bismillah.

Setiap amal yang kita kerjakan wajib dilandasi dengan keikhlasan. Ikhlas yaitu memurnikan amal untuk Allah. Mengerjakan amal itu karena Allah. Bukan karena mengharapkan sanjungan ataupun imbalan dari manusia.

Mewujudkan ikhlas adalah perkara yang tidak ringan. Karena hawa nafsu manusia menyukai pujian dan imbalan dari orang lain. Orang yang ikhlas membangun amalnya tanpa tendensi keduniaan. Tujuan utamanya mengabdi kepada Allah. Membuat Allah ridha dan cinta kepadanya.

Sebagian salaf mengatakan bahwa orang yang ikhlas akan berupaya menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekan-kejelekannya. Dia tidak suka dengan popularitas dan menganggap hal itu sebagai cobaan berat untuk dirinya.

Karena itulah ketika sampai pujian orang kepada dirinya Imam Ahmad mengatakan, "Apabila seorang telah mengenali hakikat dirinya (yang penuh aib) niscaya ucapan orang tidaklah bermanfaat baginya." Artinya kita tidak boleh tertipu oleh pujian orang kepada kita. Kita harus sadar banyak kekurangan dan aib pada diri kita yang tidak diketahui oleh orang lain.

Karena itu pula, sebagian salaf mengatakan bahwa hakikat ikhlas adalah melupakan pandangan makhluk/orang lain dengan senantiasa memandang kepada penilaian Allah terhadap diri dan amal kita. Allah ridha atau tidak, itu yang selalu terpampang di depan pelupuk matanya...

Berjuang untuk meraih ikhlas juga perkara yang tidak sepele. Sampai-sampai sebagian ulama terdahulu mengatakan, "Tidaklah aku berjuang keras menundukkan jiwaku dengan perjuangan yang lebih berat daripada perjuangan menuju ikhlas."

Karena ikhlas itu pula amal yang tampak kecil bisa membuahkan pahala besar. Sebaliknya tanpa ikhlas amal yang tampak besar pun sirna dan justru berbalik mendatangkan malapetaka.

Oleh sebab itu para ulama selalu mengingatkan kita tentang pentingnya ikhlas dalam belajar, ikhlas dalam beramal, dan ikhlas dalam berdakwah atau mengajarkan ilmu agama. Karena tidak sedikit orang yang tampaknya mengajak kepada kebenaran tetapi sejatinya dia mengajak kepada dirinya sendiri.

Ikhlas itu sendiri harus dilandasi dengan dalil dan petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya. Ikhlas bukan diukur dengan perasaan atau akal pikiran. Ikhlas dibangun di atas pondasi wahyu. Karena banyak orang mengira dirinya ikhlas tetapi ternyata ikhlas menurut pandangan dan perasaan pribadi semata.

Akar keikhlasan itu ada di dalam hati. Tidak akan tegak pohon keimanan tanpa akar keikhlasan. Sebagaimana tidak terwujud tauhid dan ibadah yang lurus tanpa keikhlasan. Oleh sebab itu Allah berfirman mengenai nasib amalan yang tidak ikhlas (yang artinya), "Dan Kami hadapi segala amal yang dahulu mereka kerjakan, lalu Kami jadikan ia bagaikan debu-debu yang beterbangan." (al-Furqan : 23)

Betapa merugi orang yang berletih-letih dengan amalnya tetapi ternyata amalnya tidak tegak di atas keikhlasan. Dia mengira akan meraih segudang pahala tetapi di akhirat Allah justru murka kepada-Nya. Bahkan Allah campakkan orang-orang yang riya' ke dalam neraka untuk menjadi rombongan yang pertama kali dibakar di dalamnya. Wal 'iyadzu billah...

Komentar