Bismillah.
Salah satu nikmat terbesar bagi hamba adalah kesabaran. Sabar merupakan kunci untuk meraih kebaikan dan selamat dari keburukan.
Hal ini telah digambarkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ketika datang suatu masa yang memegang teguh agama seperti orang yang menggenggam bara api.
Sabar membutuhkan ilmu. Karena asas kesabaran adalah tegar menetapi al-Kitab dan as-Sunnah. Sabar meliputi menahan diri di atas ketaatan, menahan diri untuk tidak melanggar larangan, dan menahan diri saat tertimpa musibah agar tidak protes dan marah kepada takdir Allah.
Orang yang sabar harus selalu memohon pertolongan Allah. Orang yang sabar juga harus ikhlas, tidak boleh riya'. Orang yang sabar harus mengikuti tuntunan, tidak boleh sabar dalam menyimpang dari kebenaran. Oleh sebab itu orang yang terus bertahan melakukan maksiat tidak disebut sebagai orang yang sabar.
Meskipun demikian, istilah sabar sering diidentikkan ketabahan dalam menghadapi musibah. Oleh sebab itu para ulama membagi iman ke dalam dua bagian; sabar dan syukur. Sabar ketika tertimpa musibah dan syukur ketika diberi nikmat.
Para nabi Allah sifati dengan pribadi yang sabar dan pandai bersyukur. Asas dari kesabaran adalah iman kepada takdir Allah. Semua musibah yang terjadi dengan ketetapan dan izin dari Allah. Dengan sabar itulah seorang hamba mewujudkan keridhaan terhadap perbuatan Allah.
Allah menggandengkan sabar dan sholat dalam perintah memohon pertolongan kepada Allah. Karena sholat yang dikerjakan secara tertib dan pada waktunya secara rutin merupakan salah satu bukti kesabaran umat Islam. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menamai sabar dengan dhiya'/cahaya yang memancar dan mengandung unsur panas. Adapun sholat disebut sebagai nuur/cahaya yang menerangi.
Maka sholat menjadi penerang dan penyejuk hati kaum beriman. Sementara sholat itu sendiri meramu berbagai bentuk pujian kepada Allah, istighfar, dzikir dan istianah kepada-Nya. Dengan bergantungnya hati kepada Allah dan senantiasa mengingat Allah maka hati menjadi tenang.
Begitulah gambaran syukur dalam bentuk ibadah. Ia mencakup pengakuan hati akan nikmat yang Allah berikan, pujian dengan lisan dan menggunakan anggota badan dalam ketaatan kepada Allah. Semakin bagus ibadah seorang hamba maka semakin sempurna bentuk syukurnya.
Sebagaimana nikmat yang Allah berikan terus-menerus hingga ajal tiba maka ibadah pun diwajibkan selama hayat masih dikandung badan. Karena ibadah syukur wajib dipersembahkan selama tetesan nikmat masih tercurah.
Dari sinilah kita mengetahui bahwa nikmat yang Allah berikan sangatlah banyak bahkan tidak terhingga. Maka seharusnya kita sadar bahwa amal yang dikerjakan hamba tidak akan pernah bisa digunakan untuk melunasi biaya kenikmatan surga!
Mengapa demikian? Karena semua kebaikan yang kita peroleh semata karena kemurahan dan taufik dari Allah. Ketika orang bisa bersyukur dan memuji Allah itu pun bentuk nikmat dari Allah kepadanya. Bahkan saat meninggal di atas iman itu juga nikmat dan anugerah Allah kepada hamba.
Apabila kita telah memahami bahwa syukur yang kita lakukan amat sangat jauh dari sempurna, maka tersisa pintu kesabaran yang mengantarkan manusia menuju kebahagiaan. Sabar itulah yang digambarkan laksana kepala di dalam tubuh seorang insan.
Sabar inilah ibadah agung yang membuat seorang mukmin bisa merasakan lezatnya iman. Walaupun secara lahiriah pelakunya tampak hidup susah dan miskin. Mereka lah yang bisa merasakan manisnya hidup dalam penjara besar bernama 'dunia'.
Mereka hidup dengan tawakal kepada Allah. Mereka bertahan dengan keikhlasan dan kejujuran iman. Mereka bersangka baik kepada Allah dan khawatir akan amal dan dosa yang mereka kerjakan. Mereka basahi lisannya dengan dzikir dan istighfar. Mereka sirami hatinya dengan ilmu dan wahyu.
Mereka lebih meyakini apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan mereka. Mereka murnikan ibadah untuk mencari wajah Allah, bukan untuk mencari imbalan manusia atau pujian mereka. Inilah yang membuat mereka tetap berpegang erat dengan agama di saat terpaan fitnah merajalela...
Wallahul musta'aan...
Komentar
Posting Komentar